Indonesia

A.Telaah Pustaka 1.Evaluasi a.Pengertian Pengertian evaluasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu penilaian dimana penilaian itu ditujuan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan negatif atau juga gabungan dari keduanya (KBBI, 2019). Selain pengertian evaluasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, para ahli memiliki pandangan dan pendapat tentang pengertian evaluasi yang berbeda . Pendapat dan pandangan para ahli antara lain sebagai berikut; Menurut Sudijono (1996), pengertian evaluasi adalah interpretasi atau penafsitran yang bersumber pada data kuantitatif, sedang data kuantitatif merupakan hasil dari pengukuran.Sedangkan menurut Brinkerhoff dalam sawitri (2007:13) evaluasi adalah penyelidikan (proses pengumpulan informasi) yang sistematis dari berbagai aspek pengembangan program profesional dan pelatihan untuk mengevaluasi kegunaan dan kemanfaatannya. Evaluasi program adalah aktifitas investigasi yang sistematis tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu obyek. Pendapat ini (Denzin and Lincolin, 2000:83) mengatakan bahwa evaluasi program berorientasi sekitar perhatian dari penentu kebijakan dari penyandang dana secara karakteristik memasukkan pertanyaan penyebab tentang program mana yang telah mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut WHO, WHO’s evaluation policy is based on the UNEG definition of evaluation (UNEG, 2012), which is:“An evaluation is an assessment, as systematic and impartial as possible, of an activity, project, programme, strategy, policy, topic, theme, sector, operational area, institutional performance (...)”. (WHO evaluation practise handout) b.Model-model evaluasi 1)Responsive Evaluation Model (Robert Stake’s) Model ini merupakan pola pendekatan kualitatif -naturalistik. Tujuan evaluasi adalah memahami semua komponen program melalui berbagai sudut pandangan yang berbeda. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka model ini kurang percaya terhadap hal-hal yang bersifat kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada umumnya menggunakan observasi langsung maupun tak langsung dengan interpretasi data yang impresiotistik. Langkah-langkah kegiatan evaluasi meliputi observasi, merekam hasil wawancara, mengumpulkan data, mengecek pengetahuan awal dan mengembangkan desain atau model. 1)Discrepancy Model (Provus) Evaluasi model kesenjangan (discrepancy model) menurut Provus (dalam Fernandes, 1984) adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara baku (standar) yang sudah ditentukan dalam program dengan kinerja (performance) sesungguhnya dari program tersebut 2)CIPP Model (Daniel Stufflebeam’s) Evaluasi konteks (context) dimaksud untuk menilai kebutuhan, masalah, aset dan peluang guna membantu pembuat kebijakan menetapkan tujuan dan prioritas, serta membantu kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui tujuan, peluang dan hasilnya. Evaluasi masukan (input) dilaksanakan untuk menilai alternatif pendekatan, rencana tindak, rencana staf dan pembiayaan bagi kelangsungan program dalam memenuhi kebutuhan kelompok sasaran serta mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi proses (process) ditujukan untuk menilai implementasi dari rencana yang telah ditetapkan guna membantu para pelaksana dalam menjalankan kegiatan. Hasil evalasi ini dapat membantu kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui kinerja program dan memperkitrakan hasilnya. Evaluasi hasil (product) dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menilai hasil yang dicapai, diharapkan dan tidak diharapkan, jangka pendek dan jangka panjang, baik bagi pelaksana kegiatan agar dapat menfokuskan diri dalam mencapai sasaran program maupun bagi pengguna lainnya dalam menghimpun upaya memenuhi kebutuhan kelompok sasaran. Model CIPP (Context, Input, Process, Product) merupakan model evaluasi dimana evaluasi dilakukan secara keseluruhan sebagai suatu sistem. Evaluasi model CIPP merupakan konsep yang ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan tetapi untuk memperbaiki yang telah direncanakan. 3)Formative-Sumatif Evaluation Model (Michael Scriven’s) Scriven menyebutkan tanggung jawab utama dari para penilai adalah membuat keputusan. Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki program. Evaluasi formatif dilaksanakan pada saat implementasi program sedang berjalan. Fokus evaluasi berkisar pada kebutuhan yang ditemukan oleh karyawan atau orang-orang dalam program. Evaluasi formatif memberikan umpan balik secara terus menerus untuk membantu pengenbangan program, dan memberikan perhatian yang banyak terhadap pertanyaan-pertanyaan seputar isi validitas, tingkat penguasaan kosa kata, keterbacaan, dan lai-lain. Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk menilai manfaat suatu program sehingga dari hasil evaluasi akan dapat ditentukan suatu program tertentu akan diteruskan atau dihentikan. Pola evaluasi sumatif difokuskan pada variabel-variabel yang dianggap penting bagi sponsor program maupun pihak pembuat keputusan. Evaluasi sumatif mengemukakan atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah produk tersebut lebih efektif dan lebih kompetitif. Evaluasi sumatif dilakukan untuk menentukan bagaimana akhir dari program tersebut bermanfaat dan juga keefektifan program tersebut. 4)Measurement Model (R Edward-Thoradike dan Robert I.Ebel) Model ini sangat menitikberatkan pada kegiatan pengukuran. Pengukuran digunakan untuk menentukan kualitas suatu sifat(atribute) tertentu yang dimiliki oleh obyek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran tertentu (Dwi M, 2017). 2.Evaluasi Program Pengertian program dengan makna khusus yang terkait dengan evaluasi program, pada umumnya terkait dengan kebijakan, sehingga evaluasi program biasanya dikaitkan dengan mengevaluasi implementasi suatu kebijakan. Pengertian program sendiri adalah sebuah kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan, terdiri dari beberapa komponen program yang saling mengkait dan bekerja sama dalam mencapai tujuan program. Komponen-komponen itu semua menjadi faktor penentu bagi tercapainya tujuan program kegiatan (Arikunto, 2017). Hasil daari evaluasi program berupa informasi tentang baik tidaknya pelaksanaan program. Dengan kata lain, hasil dari evaluasi memberikan informasi apakah program yang ditentukan sudah berjalan dengan baik atau belum. Alasan melakukan evaluasi program ini mengalami perkembangan zaman. Fernandez (1984) mengatakan bahwa pemikiran secara serius tentang evaluasi program baru dimulai sekitar tahun 1980-an, yaitu dimulai dari pemikiran Ralph Tyler (1950). Ralph Tyler mendefinisikan evaluasi program adalah proses untuk mengetahui tujuan kegiatan sudah dapat direalisasikan (Hechavarría, Rodney; López, 2013). Definisi yang lebih dapat diterima oleh masyarakat adalah definisi yang dikemukakan oleh dua ahli evaluasi yaitu Cronbach (1062) dan Suflebeam (1971). Mereka mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Jadi tugas evaluator adalah mengumpulkan informasi untuk dipertimbangkan kepada pengambil kebijakan, agar ada tindak lanjut mengenai program, mau dilanjutkan atau diperbaiki. Oleh karena itu evaluasi program dapat dikatakan sebagai upaya untuk quality improvement, yaitu meningkatkan mutu atau kualitas kinerja program berdasarkan informasi yang diperoleh dari mengevaluasi (Arikunto, 2017). 3.Manajemen Program Gizi Puskesmas Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) disebutkan bahwa puskesmas mempunyai tugas melasanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dan berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas sebagai Unit Pelasana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, akan berkontribusi dalam pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan kabupaten/kota yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat. Pelaksanaannya melalui fasilitasi dan pembinaan dari dinas kesehatan kabupaten/kota. Target indikator program gizi dapat tercapai jika program gizi yang diselenggarakan di puskesmas menerapkan konsep paradigma sehat dan penguatan pelayanan gizi, terintegrasi dengan upaya kesehatan lain yang diselenggarkan di puskesmas. Langkah-langkah tersebut dilaksanakan melalui pengorganisasian dan penggerakan peran aktif masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan penguatan pelayanan gizi. Penguatan pelayanan gizi yang bermutu serta sistem kewaspadaan gizi dan intervensi yang dilaksanakan melalui pendekatan Pengkajian, Diagnosis, Intervensi, Monitoring dan Evaluasi (PDIME) dalam Proses Asuhan Gizi (PAG). Pelaksanaan program gizi perlu didukung manajemen yang terintegrasi dan pelaksanaannya perlu berkolaborasi dengan profesi kesehatan lainnya di puskesmas. Siklus manajemen puskesmas yang berkualitas merupakan rangkaian kegiatan rutin berkesinambungan, mencakup kegiatan Perencanaan (P1), Penggerakan dan Pelaksanaan (P2), dan Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3). Pelaksanaannya dilakukan secara terpadu lintas program dan lintas sektor dalam semua tahapannya. a)Perencanaan program gizi di puskesmas (P1) Kegiatan perencanaan program gizi di puskesmas meliputi : 1)Analisis situasi Analisis situasi meliputi : rencana intervensi program gizi puskesmas, strategi dan langkah kegiatan, rencana kegiatan program gizi di puskesmas, pengumpulan data kinerja dan analisis data. 2)Perumusan masalah Kegiatan meliputi : identifikasi masalah, menetapkan urutan prioritas masalah, mencari akar penyebab masalah, menentukan cara-cara pemecahan masalah, penyusunana perencanaan jangka pendek dan panjang. b)Penggerakan dan Pelaksanaan Program Gizi di Puskesmas (P2) Kegiatan meliputi : Lokakarya mini bulanan pertama, Lokakarya mini bulanan rutin, Lokakarya mini tribulanan, Pelaksanaan program c)Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja Program Gizi di Puskesmas (P3) Proses P3 program gizi dilaksanakan terintegrasi dengan program kesehatan lainnya. Kegiatan dilakukan secara periodik dalam forum lokakarya mini lintas program maupun lintas sektor. Pada akhir tahun dilakukan penilaian hasil kinerja program gizi yang terintegrasi dengan memperhatikan kemungkinan terjadinya missed-opportunity antar program (MOP). Hasil penilaian kinerja tahunan akan digunakan untuk penyelarasan rumusan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). 4.Status Gizi a.Pengertian Menurut Supariasa (2002), status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Menurut Gibson, status gizi adalah keadaaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam dan utilisasinya. (Suparyanto, 2011). Sementara menurut Jahari (2004), status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dengan jumlah kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk proses biologis. (Kesmas, 2014) b.Kategori status gizi Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2019 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi, kategori dan ambang batas status gizi anak adalah seperti tabel berikut . Tabel 2 : Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score) Berat badan menurut Umur (BB/U) Anak umur 0-60 Bulan Gizi Buruk <-3 SD Gizi Kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD Gizi Lebih > 2 SD Panjang badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak umur 0-60 Bulan Sangat pendek <-3 SD Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Tinggi > 2 SD Berat Badan menurut Panjang badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak umur 0-60 Bulan Sangat Kurus <-3 SD Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Gemuk > 2 SD Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)Anak Umur 0 -60 bulan Sangat Kurus <-3 SD Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Gemuk > 2 SD Indeks Massa Tubuh menuet Umur (IMT/U)Anak Umur 5 - 18 Tahun Sangat Kurus <-3 SD Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 1 SD Gemuk > 1 SD sampai dengan 2 SD Obesitas > 2 SD Sumber : (Depkes RI, 2010) c.Faktor-faktor yang berpengaruh pada masalah gizi Masalah merupakan kesenjangan antara harapan yang diinginkan yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Masalah gizi dapat diartikan adanya kesenjangan yang terjadi dari suatu akibat keadaan gizi yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan gizi yang ada. Pemanfaatan zat gizi di dalam tubuh yang berasal dari makanan tergantung dari jumlah masukan zat gizi yang dikonsumsi dan ada tidaknya gangguan pemanfaatannya di dalam tubuh. Menurut Almatsier (2010) terdapat dua faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi di dalam tubuh, yaitu faktor primer dan faktor sekunder. 1)Faktor primer Faktor primer adalah faktor asupan makanan yang dapat menyebabkan zat gizi tidak cukup atau bahkan berlebihan. Penyebab hal ini adalah susunan makanan yang dikonsumsi tidak tepat baik kualitas maupun kuantitasnya. Gambaran ketidakbaikan tersebut diterangkan sebagai berikut : a)Kurangnya ketersediaan pangan dalam keluarga b)Kemiskinan, ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan makanan yang cukup bagi anggota keluarganya. Kemiskianan berkaitan dengan keadaan sosial dan ekonomi di suatu daerah. c)Pengetahuan yang rendah tentang gizi dan kesehatan. Pengetahuan akan mempengaruhi ketersediaan makanan di keluarga, meskipun keluarga mempunyai ketersediaan makanan yang cukup, tetapi karena ketidaktahuannya akan arti pentingnya gizi untuk kesehatan sehingga tidak dimanfaatkan untuk menyediakan makanan yang cukup. d)Kebiasaan makan yang salah dan adanya pantangan terhadap suatu makanan. Kebiasaan makan terbentuk karena adanya kesukaan trehadap jenis makanan tertentu. 2.Faktor sekunder Faktor sekunder merupakan faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi di dalam tubuh. Jika zat gizi tidak mencukupi kebutuhan maka dapat terjadi karena adanya gangguan pada pemanfaatan zat gizi. Beberapa faktor sekunder antara lain : a)Gangguan pada pencernaan makanan, seperti gangguan pada organ pengunyahan dan pencernaan. b)Gangguan penyerapan, dapat disebabkan oleh parasit atau penggunaan obat-obat tertentu. c)Gangguan pada metabolisme zat gizi. d)Gangguan ekskresi, akibatnya terlalu banyak kencing, banyak keringat, yang dapat mengganggu pada pemanfaatan zat gizi. 5.Program perbaikan status gizi pada balita di Puskesmas Temon I a.Latar belakang Masalah gizi merupakan masalah yang berkaitan dengan berbagai faktor dan penyebab. Dua faktor utama adalah tingkat masukan zat gizi dan penyakit. Sedangkan faktor lainnya adalah bawaan, genetik, lingkungan, pelayanan kesehatan, sosial ekonomi, budaya dan lain-lain. Sehingga dalam mengatasi masalah gizi diperlukan keterlibatan dari berbagai pihak dan sektor. Di dalam lingkup pelayanan kesehatan upaya yang dilakukan harus melibatkan berbagai program dan dukungan pihak lain. Program inovasi “Pendampingan” merupakan salah satu kegiatan program unggulan gizi dari UKM UPTD Puskesmas Temon I. Dalam pelaksanaan kegiatan ini mengedepankan kerjasama lintas program dan pemberdayaan masyarakat yang tergabung dalam satu wadah kegiatan. Program ini sudah berlangsung pada tahun 2017 dan 2018. b.Tujuan Tujuan umum dari program inovasi “Pendampingan” adalah untuk memperbaiki status gizi balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Temon I. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, pola makan, kebiasaan cuci tangan, c.Sasaran Sasaran kegiatan meliputi : balita, orangtua/pengasuh balita, kader, tokoh masyarakat. Kreteria balita yang menjadi sasaran adalah balita dengan status gizi kurang dan buruk menurut indikator BB/U. d.Kegiatan Tahapan dan kegiatan-kegiatan meliputi persiapan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan penilaian dan pelaporan, dan pertanggungjawaban. 1)Kegiatan persiapan meliputi : persiapan tim, advokasi, sosialisasi, dan persiapan data. 2)Kegiatan penggerakan dan pelaksanaan meliputi : perencanaan, memasak bersama, pemantauan pertumbuhan, cuci tangan, berdoa, makan bersama, evaluasi harian, penyuluhan, rencana tindak lanjut, kunjungan rumah, rujukan dan pemeriksaan kesehatan. 3) Kegiatan pemantauan penilaian dan pelaporan meliputi : pemantauan berkala, laporan mingguan, penilaian hasil kegiatan. e.Sumber daya Sumber daya meliputi dana, petugas, peralatan, dan media pendukung penyuluhan. Besarnya dana disesuikan dengan pagu yang berlaku dengan alokasi kebutuhan antara lain untuk : biaya sosialisasi dan persiapan, biaya stimulan makan dan bahan pangan untuk anak sejumlah 10 anak x Rp 10.000,00 selama 90 hari, biaya operasional pelaksanaan, biaya operasional pelaporan. Sumber dana untuk seluruh kegiatan berasal dari anggran/alokasi dana puskesmas atau dana lain yang tidak mengikat. Di dalam menjalankan kegiatan dibentuk tim antara lain tim di tingkat puskesmas dan tim pelaksana di tingkat kelompok. Adapun kerngka tim sebagai berikut : Pembina : Kepala Puskesmas Koordinator : Programer gizi Anggota : Pengelola program promosi kesehatan Pengelola program sanitasi dan lingkungan Bidan pembina wilayah desa Pengelola program imunisasi Pengelola program pencegahan penyakit Kader Kegiatan didukung oleh kelompok kader yang berasal dari wilayah setempat dan dibentuk tim, yaitu : Koordinator : 1 orang Bagian belanja : 1 orang Bagian pemasakan : 1 orang Bagian penimbangan : 1 orang Bagian umum : 1 orang Peralatan yang dibutuhkan antara lain peralatan masak dan alat makan yang berasal dari swadaya masyarakat. Peralatan pemantauan pertumbuhan antara lain timbangan dacin yang sudah ditera, celana timbang, alat ukur tinggi badan, grafik pertumbuhan anak. Sumber daya pendukung yang disiapkan untuk mendukung penyuluhan dan kelancaran kegiatan antara lain : buku pintar, buku penghubung, flychart /banner, form /blanko, buku tulis. f.Waktu dan lama pelaksanaan Waktu pelaksanaan disesuiakan dengan rencana umum kegiatan puskesmas yang telah disusun, sedangkan lama pelaksanaan yaitu 12 sampai dengan 15 minggu, dengan efektif pertemuan pelaksanaan satu kali setiap minggu atau yang ditentukan secara musyawarah antara tim puskesmas, tim pelaksana/kader, dan orangtua balita/sasaran. g.Lokasi dan tempat pelaksanaan Lokasi pelaksanaan ditentukan berdasarkan dengan cakupan kasus balita berat badan kurang /underweight tertinggi dari desa yang ada di wilayah kerja puskesmas dan adanya dukungan sumber daya dari desa tersebut. Sedangkan tempat pelasanaan kegiatan ditentukan secara musyawarah mufakat oleh tim puskesmas, tim pelaksana kader, dan orang tua balita sasaran. h.Pencatatan dan pelaporan Pencatatan pelaporan meliputi : 1)Hasil pendataan awal dan akhir, data sasaran. 2)Catatan hasil pemantauan penimbangan. 3)Catatan kehadiran tim dan orangtua balita/ sasaran. 4)Catatan menu. 5)Catatan masukan makanan balita. 6)Notulensi kegiatan 7)Catatan penggunaan anggaran/dana i.Monitoring Evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap penggunaan anggaran, kehadiran, jalannya kegiatan, hambatan dan kendala, hasil pemantauan pertumbuhan. Waktu monitoring dan evaluasi disesuaikan dengan perencanaan dan kebijakan dari puskesmas. j.Master menu dan slogan Master menu yang digunkan setiap kali pertemuan hari makan anak adalah : MAKANAN POKOK + LAUK HEWANI + LAUK NABATI + BUAH + SAYUR. Untuk meningkatkan partisipasi, dukungan, dan kesan mendalam maka digunakan slogan :Tetap semangat, Gizi seimbang, Kasih sayang (Temon I, 2017).

Inggris

A. Review Library 1. Evaluation a.Understanding  Understanding the evaluation according to the Big Indonesian Dictionary (KBBI) is an assessment in which the assessment is aimed at people who are higher or who know better to people who are inferior, both from their structural positions or people with lower expertise. Evaluation is a positive and negative research process or also a combination of the two (KBBI, 2019). In addition to the notion of evaluation according to the Big Indonesian Dictionary, experts have different views and opinions on the meaning of evaluation. The opinions and views of the experts are as follows; According to Sudijono (1996), the notion of evaluation is interpretation or interpretation which is sourced from quantitative data, whereas quantitative data is the result of measurement. Meanwhile, according to Brinkerhoff in palm oil (2007: 13) evaluation is a systematic investigation (information gathering process) from various aspects of development professional programs and training to evaluate their usefulness and usefulness. Program evaluation is a systematic investigation of something valuable and valuable about an object. This opinion (Denzin and Lincolin, 2000: 83) says that program evaluation is oriented around the attention of the policy makers of the funders characteristically including questions about which programs have achieved the desired goals.According to WHO, WHO's evaluation policy is based on the UNEG definition of evaluation (UNEG, 2012), which is: "An evaluation is an assessment, as systematic and impartial as possible, of an activity, project, program, strategy, policy, topic , theme, sector, operational area, institutional performance (...) ". (WHO evaluation practice handout) b. Evaluation models 1) Responsive Evaluation Model (Robert Stake’s) This model is a qualitative-naturalistic approach. The purpose of evaluation is to understand all program components through a variety of different viewpoints. In accordance with the approach used, this model lacks confidence in quantitative matters. The instruments used in general use direct or indirect observation with impressionistic data interpretation. The steps in evaluating activities include observation, recording the results of interviews, collecting data, checking initial knowledge and developing designs or models.1) Discrepancy Model (Provus) Evaluation of the gap model (discrepancy model) according to Provus (in Fernandes, 1984) is to find out the level of conformity between the standards (standards) that have been determined in the program with the actual performance of the program 2) CIPP Model (Daniel Stufflebeam’s) Context evaluation (context) is intended to assess the needs, problems, assets and opportunities to help policy makers set goals and priorities, and help other groups of users to find out the goals, opportunities and results. Input evaluation is carried out to assess alternative approaches, action plans, staff plans and funding for the continuity of the program in meeting the needs of the target group and achieving the objectives set. Process evaluation (process) is intended to assess the implementation of the plan that has been determined to assist the implementers in carrying out activities. The results of this evaluation can help other groups of users find out about the program's performance and demonstrate the results. Product evaluation is carried out with the aim of identifying and assessing the results achieved, expected and unexpected, short term and long term, both for implementing activities in order to focus on achieving program goals and for other users in gathering efforts to meet the needs of the target group .The CIPP (Context, Input, Process, Product) model is an evaluation model where the evaluation is carried out as a whole as a system. Evaluation of the CIPP model is a concept offered by Stufflebeam with the view that the important purpose of evaluation is not to prove but to improve what has been planned. 3) Formative-Sumative Evaluation Model (Michael Scriven’s) Scriven said the main responsibility of the assessors is making decisions. Formative evaluation is used to obtain information that can help improve the program. Formative evaluation is carried out when the program implementation is running. The focus of the evaluation revolves around the needs found by employees or people in the program. Formative evaluation provides continuous feedback to help program development, and gives a lot of attention to questions about the content of validity, level of vocabulary mastery, readability, and so on. Summative evaluation is carried out to assess the benefits of a program so that from the results of the evaluation it can be determined that a particular program will be continued or terminated. Summative evaluation patterns focus on variables that are considered important for program sponsors and decision makers. Summative evaluation raises or asks questions such as whether the product is more effective and more competitive.Summative evaluations are conducted to determine how the end of the program is useful and also the effectiveness of the program. 4) Measurement Model (R Edward-Thoradike and Robert I.Ebel) This model is very focused on measurement activities. Measurement is used to determine the quality of a certain attribute (attribute) owned by an object, person or event, in the form of a certain unit of measure (Dwi M, 2017). 2. Program Evaluation Understanding the program with special meaning related to program evaluation, generally related to policy, so program evaluation is usually associated with evaluating the implementation of a policy. Understanding the program itself is an activity that leads to the achievement of objectives, consisting of several program components that are interrelated and work together in achieving program objectives. These components all become the determining factors for the achievement of the objectives of the activity program (Arikunto, 2017). The results of the program evaluation form in the form of information about whether the program is good or not. In other words, the results of the evaluation provide information whether the specified program is running well or not. The reason for evaluating this program is experiencing the times. Fernandez (1984) says that thinking seriously about program evaluation only began around the 1980s, starting from the thoughts of Ralph Tyler (1950).Ralph Tyler defines program evaluation as a process to find out the activity objectives can already be realized (Hechavarría, Rodney; López, 2013). The definition that is more acceptable to the community is the definition put forward by two evaluation experts namely Cronbach (1062) and Suflebeam (1971). They suggest that program evaluation is an effort to provide information to be conveyed to decision makers. So the job of the evaluator is to gather information for consideration to policy makers, so that there is a follow-up on the program, to be continued or corrected. Therefore, program evaluation can be said as an effort for quality improvement, namely improving the quality or quality of program performance based on information obtained from evaluating (Arikunto, 2017). 3. Management of Puskesmas Nutrition Programs In the Minister of Health Regulation No. 75 of 2014 concerning Community Health Centers (Puskesmas) it is stated that puskesmas have the task of carrying out health policies to achieve health development goals in their working area and function as organizing public health efforts (UKM) and the first level of Individual Health Efforts (UKP) in working area.The Puskesmas as the Regional Technical Training Unit (UPTD) of the district / city health office, will contribute to the achievement of the district / city Health Minimum Service Standards (SPM) targets which are the responsibility of the local government. The implementation is through facilitation and guidance from the district / city health office. The target of nutrition program indicators can be achieved if the nutrition program held at the puskesmas adopts the concept of a healthy paradigm and strengthens nutrition services, integrated with other health efforts organized at the puskesmas. These steps are carried out through organizing and mobilizing the active role of the community in efforts to empower the community and strengthen nutrition services. Strengthening of quality nutrition services and nutrition alert systems and interventions implemented through the Assessment, Diagnosis, Intervention, Monitoring and Evaluation (PDIME) approach in the Nutrition Care Process (PAG). The implementation of the nutrition program needs to be supported by integrated management and its implementation needs to collaborate with other health professions in the puskesmas. The quality management center of the puskesmas is a series of ongoing routine activities, including Planning (P1), Mobilization and Implementation (P2), and Monitoring, Control and Assessment (P3) activities. The implementation is carried out in an integrated manner across programs and across sectors in all stages.a) Planning a nutrition program at the puskesmas (P1) Nutrition program planning activities at the puskesmas include: 1) Analysis of the situation Situation analysis includes: intervention plan for puskesmas nutrition program, strategy and steps of activities, plan for nutrition program activities at puskesmas, collection of performance data and data analysis. 2) Formulation of the problem Activities include: identification of problems, determining priority order of problems, finding the root causes of problems, determining ways of solving problems, arranging short and long term planning. b) Mobilization and Implementation of Nutrition Programs in Puskesmas (P2) Activities include: First monthly mini workshop, routine monthly mini workshop, quarterly mini workshop, Implementation of the program c) Supervision, Control and Evaluation of Nutrition Program Performance in Puskesmas (P3) The P3 nutrition program process is carried out integrated with other health programs. Activities are carried out periodically in cross-program and cross-sector mini workshop forums. At the end of the year an assessment of the results of the performance of the integrated nutrition program is carried out by taking into account the possibility of missed opportunities between programs (MOP). The results of the annual performance appraisal will be used to align the formulation of the Activity Implementation Plan (RPK).4. Nutrition Status a.Understanding According to Supariasa (2002), nutritional status is an expression of a state of balance in a particular form or an embodiment of nutriture in the form of certain variables. According to Gibson, nutritional status is the state of the body which is the final result of the balance between the nutrients that enter into and its utilization. (Suparyanto, 2011). Meanwhile according to Jahari (2004), nutritional status is a condition caused by a balance between the amount of nutrient intake and the amount of nutrients needed by the body for biological processes. (Public Health, 2014) nutritional status category According to the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number: 1995 / MENKES / SK / XII / 2019 concerning Anthropometry Standards for Assessment of Nutrition Status, categories and thresholds for children's nutritional status are as the following table.Table 2: Categories and Thresholds for Child Nutrition Status Based on Index Category Index Threshold Nutrition Status (Z-Score) Weight by Age (BB / U) Children aged 0-60 Months Malnutrition <-3 elementary school Poor nutrition -3 elementary school up to <-2 elementary school Good Nutrition -2 elementary schools up to 2 elementary schools Nutrition More> 2 elementary school Body length by Age (PB / U) or Height by Age (TB / U) Children aged 0-60 Months Very short <-3 elementary school Short from -3 SD to <-2 SD Normal -2 SD to 2 SD High> 2 elementary school Weight according to length (BB / PB) or Weight according to Height (BB / TB) Children aged 0-60 Months Very Thin <-3 elementary school Thin -3 elementary school up to <-2 elementary school Normal -2 SD to 2 SD Fat> 2 elementary school Body Mass Index by Age (BMI / U) Children Age 0-60 months Very Thin <-3 elementary school Thin -3 elementary school up to <-2 elementary school Normal -2 SD to 2 SD Fat> 2 elementary school Body Mass Index menu Age (BMI / U) Children aged 5-18 years Very Thin <-3 elementary school Thin -3 elementary school up to <-2 elementary school Normal -2 SD to 1 SD Fat> 1 SD up to 2 SD Obesity> 2 SD Source: (MOH RI, 2010) c. Factors that affect nutritional problems The problem is the gap between the desired expectations that are not in accordance with reality.Nutrition problems can be interpreted as a gap that occurs from a result of nutritional conditions that are expected to be incompatible with the reality of existing nutrition. Utilization of nutrients in the body that comes from food depends on the amount of input of nutrients consumed and the presence or absence of interference with its utilization in the body. According to Almatsier (2010) there are two factors that influence the utilization of nutrients in the body, namely primary factors and secondary factors. 1) Primary factors The primary factor is the factor of food intake which can cause inadequate or even excessive nutrients. The reason for this is the composition of the food consumed is not right both in quality and quantity. The description of the unfavorability is explained as follows: a) Lack of food availability in the family b) Poverty, the inability of families to provide adequate food for family members. Kemiskianan related to social and economic conditions in an area. c) Low knowledge about nutrition and health. Knowledge will affect the availability of food in the family, even though the family has sufficient food availability, but because of ignorance of the importance of nutrition for health so it is not utilized to provide adequate food. d) Wrong eating habits and abstinence from food. Eating habits are formed because of a preference for certain types of food.2. Secondary factors Secondary factors are factors that influence the utilization of nutrients in the body. If the nutrients are not sufficient to meet the needs, it can occur due to a disruption in the utilization of nutrients. Some secondary factors include: a) Disorders of food digestion, such as disorders of masticatory and digestive organs. b) Impaired absorption, can be caused by parasites or the use of certain drugs. c) Disorders of nutrient metabolism. d) Impaired excretion, as a result of too much urine, a lot of sweat, which can interfere with the utilization of nutrients. 5. Improvement of nutrition status program for children under five years old at Temon I Health Center A. Background Nutrition problems are problems related to various factors and causes. Two main factors are the level of nutrient input and disease. While other factors are innate, genetic, environmental, health services, socioeconomic, cultural and others. So that in overcoming the nutritional problem required the involvement of various parties and sectors. Within the scope of health services efforts undertaken must involve various programs and support from other parties. The "Mentoring" innovation program is one of the leading nutritional program activities of the UPTD Puskesmas Temon I. In carrying out this activity, it promotes cross-program collaboration and community empowerment that is incorporated in one activity forum.This program has already taken place in 2017 and 2018. b. Objectives The general objective of the "Mentoring" innovation program is to improve the nutritional status of children under five in the work area of ​​the UPTD Puskesmas Temon I. Whereas the specific objective is to increase knowledge about nutrition and health, diet, hand washing habits, c. Target Target activities include: toddlers, parents / caregivers of toddlers, cadres, community leaders. The criteria of toddlers being targeted are toddlers with poor and poor nutritional status according to BB / U indicators. d. Activities Stages and activities include preparation, mobilizing implementation, monitoring assessment and reporting, and accountability. 1) Preparatory activities include: team preparation, advocacy, outreach, and data preparation. 2) Mobilization and implementation activities include: planning, cooking together, monitoring growth, washing hands, praying, eating together, daily evaluation, counseling, follow-up plans, home visits, referrals and health checks. 3) Evaluation and reporting monitoring activities include: periodic monitoring, weekly reports, evaluation of the results of activities. e. Resources Resources include funds, officers, equipment, and supporting media for counseling.The amount of funds is adjusted to the applicable ceiling with the allocation of needs, among others, for: costs for socialization and preparation, costs for food stimulants and food for children in the amount of 10 children x Rp. 10,000.00 for 90 days, operational costs of implementation, operational costs of reporting. The source of funds for all activities comes from the budget allocation / puskesmas funds or other non-binding funds. In carrying out activities a team is formed including the team at the puskesmas level and the implementation team at the group level. The team returns as follows: Guidance: Head of Puskesmas Coordinator: Nutrition Programmer Members: Managers of health promotion programs Manager of sanitation and environmental programs Midwife coaches the village area Immunization program manager Disease prevention program manager Cadre The activity was supported by a group of cadres who came from the local area and formed a team, namely: Coordinator: 1 person Shopping department: 1 person Cooking section: 1 person Weighing section: 1 person General section: 1 person Equipment needed includes cooking utensils and cutlery that comes from non-governmental organizations. Growth monitoring equipment includes the weighed steel scales, weighing trousers, height measurement devices, child growth charts.Supporting resources prepared to support counseling and smooth activities include: smart books, liaison books, flycharts / banners, forms / blanks, notebooks. f. Time and duration of implementation The time of implementation is adjusted to the general plan of puskesmas activities, while the duration of implementation is 12 to 15 weeks, with effective implementation meetings once every week or determined by consultation between the puskesmas team, implementing team / cadres, and parents of toddlers / targets. g. Location and place of implementation The location of the implementation is determined based on the highest coverage of underweight underweight cases from villages in the working area of ​​the puskesmas and the support of the village's resources. Whereas the place for implementing activities is determined by consensus agreement by the puskesmas team, the cadre implementing team, and the parents of the target toddlers. h. Recording and reporting Reporting records include: 1) Initial and final data collection results, target data. 2) Note the results of monitoring the weighing. 3) Records of attendance of teams and parents of toddlers / targets. 4) Note menu. 5) Notes on toddler food input. 6) Minutes of activities 7) Note the use of budget / funds i.Monitoring Evaluation Monitoring and evaluation is carried out on the use of the budget, attendance, the course of activities, obstacles and constraints, the results of growth monitoring.The monitoring and evaluation time is adjusted to the planning and policy of the puskesmas. j.Master menus and slogans The master menu that is used every time a child's meal meeting is: FOOD + ANIMAL FOOD + VEGETABLES + FRUIT + FRUIT + VEGETABLES. To increase participation, support, and deep impressions, slogans are used: Keep the spirit, balanced nutrition, affection (Temon I, 2017).

TerjemahanBahasa.com | Bagaimana cara menggunakan penerjemah teks bahasa Indonesia-Inggris?

Dianggap bahwa pengguna yang mengunjungi situs web ini telah menerima Ketentuan Layanan dan Kebijakan Privasi. Di situs web (terjemahaninggris.com), pengunjung mana pun dapat memiliki bagian seperti forum, buku tamu, tempat mereka dapat menulis. Kami tidak bertanggung jawab atas konten yang ditulis oleh pengunjung. Namun, jika Anda melihat sesuatu yang tidak pantas, beri tahu kami. Kami akan melakukan yang terbaik dan kami akan memperbaikinya. Jika Anda melihat sesuatu yang salah, hubungi kami di →"Kontak" dan kami akan memperbaikinya. Kami dapat menambahkan lebih banyak konten dan kamus, atau kami dapat mencabut layanan tertentu tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pengunjung.


Kebijakan Privasi

Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)